Aku menyusuri jalanan kota, merasakan dinginya angin malam.
Tiga puluh menit kemudian aku sampai di luar pagar rumah, membuka pintu gerbang
dan memasukkan motor ke dalam garasi. Suasana rumah sudah sepi hanya terlihat
kakak laki-lakiku yang masih menonton tv diruang tengah. Dia tidak terlalu
banyak menanyakan alasan kenapa aku pulang agak sedikit telat dari biasanya
karena pagi sebelum aku berangkat kuliah sudah ijin terlebih dahulu kepada ibu.
Aku naik ke lantai atas, menuju kamar berukuran tiga kali
empat yang becat biru muda. Ku buka pintu kamar dan ku rebahkan badan di atas
ranjang, kembali mengingat kejadian tadi. Sungguh rasanya aku masih tidak
percaya, hubungan antara Lee dan Tan menginjak tahun ketiga namun kenapa Tan
masih saja memikirkan massa lalunya, tepat disaat Lee menyiapkan kado
ulangtahunya besok.
Tubuhku sudah mulai lelah, aku beranjak dari ranjang
membersihkan diri dan kemudian kembali. Tanganku masih gatal, rasanya ingin
memencet nomer Lee, menceritakan kejadian di teras perpustakaan tadi, tapi aku
masih berfikir-fikir lagi. Beberapa saat kemudian handphone ku bergetar, tidak biasanya ada pesan masuk tengah malam
begini. Itu pesan dari Tan “Vee, aku harap kamu tidak akan menceritakan
kejadian tadi kepada Lee.”
“Tan,
ingatlah hubungan kalian sudah menginjak tahun ketiga, kenapa kau masih juga
terbuai oleh masa lalumu?” balasku cepat.
Handphone ku begetar lagi “Vee, aku juga tidak
tahu kenapa tiba-tiba rasaku ini muncul kembali. “
“Karena kau
masih belum mampu menutup rasamu kepada dia Tan, cobalah untuk benar-benar
menjalani hubungan dengan Lee. Kau tahukan usaha yang dia lakukan selama ini
untuk mempertahankan hubungan kalian?”
Aku semakin
gemas dengan Tan.
“Tapi Vee.
Aku tidak bisa membabat habis perasaanku dengan Ken. Dia pacar pertamaku,
terlalu banyak waktu yang kami habiskan bersama entah itu untuk belajar atau
keluar bareng teman-teman yang lain.”
Aku yakin
malam ini Tan tidak bisa tidur tenang memikirkan ini semua. Jam didinding menunjukkan
pukul 01.00 wib sudah larut malam, emosiku masih terbakar menanggapi pesan
singkat Tan.
“Vee..
enaknya besok kasih surprize Tan jam
berapa ya? Kau besok masih ada jadwal mengerjakan tugas lagikan denganya?”
Pesan dari Lee.
Tiba-tiba
hatiku merasa iba dengan Lee setelah membaca pesan itu. Bagaimana tidak saat
dia menyiapkan semua surprize
ulangtahun pacarnya, Tan malah masih menggalaukan massa lalunya.
“Iya Lee,
besok jam setengah tujuh malam aku janjian dengan Tan di Perpustakaan lagi
seperti tadi. Aku bisa bantu apa?”
Malam
semakin larut, mataku sudah sulit untuk diajak kompromi aku tertidur.
Tiba-tiba aku mendengar suara berisik dari handphone, bukan
telfon tapi alarem ternyata sudah pukul lima pagi. Aku beranjak dari ranjang
menggeser tirai sepanjang jendela kamar, embun masih menutupi jendela kamar. Ku
lihat kembali handphone ada dua pesan
dari Lee dan Tan. Aku masih enggan membaca pesan dari mereka.
Hari itu aku kuliah setelah pukul satu siang, jadi keputuskan
pagi ini untuk membereskan kamar dan membantu ibu dirumah. Tiga jam kemudian
semua tugas telah ku selesaikan dengan baik. Ku ambil handphone diatas meja belajarku kemudian membuka pesan dari Lee dan
Tan.
Pesan
pertama dari Tan “ Vee, aku harap kau tidak menceritakan ini semua kepada Lee
saat kalian bertemu dikampus nantu.”
Pesan kedua
dari Lee “Vee, besok kita rencang rencana, kita ketemu sebelum perkuliahan
dimulai.”
Aku membalas
pesan satu per satu.
Untuk Lee “Sadarlah
Tan, Lee tidak pernah menuntut sesuatu pun dari dirimu. Apa pernah dia bilang
jangan pernah ingat massa lalumu itu lagi? Tidak kan? Lee hanya menginginkan
kau bersikap biasa saja membatasi hubungan dan perasaan kau dengan massa
lalumu. Apa kau belum menyadarinya?”
Pesan ke dua
aku kirimkan kepada Lee “Oke lee, kita ketemu jam duabelas tepat di taman kota,
nanti setelah dari sana kita langsung ke kampus.”
Aku bingung
menghadapi mereka berdua, aku tidak mau berpihak kepada Tan atau Lee. Tapi,
jika kejadian malam sebelum aku janjian bertemu dengan Lee di taman kota, rasanya
aku bersalah sekali.
Kulihat keluar rumah matahari sudah naik lebih dari
sepenggalan. Bayangan tubuh sudah tegak lurus. Aku bergegas berpamitan kepada
ibu dan menjalankan motor ke arah taman kota. Ku lihat dari ujung timur parkiran
taman sudah ada perempuan cantik memiliki rambut panjang, tubuhnya tinggi
semampai, wajahnya oval memakai baju merah maron, ternyata Lee sudah sampai
duluan .
Aku
melangkahkan kaki menuju arah timur, melewati orang-orang yang sedang duduk dan
berlalu lalang disana.
(Bersambung)